MATAHARI TANPA BINTIK : TAHUN PALING KOSONG DALAM ABAD LUAR ANGKASA





Kiri: Solar Flare. Kanan: Solar Flare yang menyembul keluar dengan ukuran Bumi sebagai perbandingan. (WIKIPEDIA)



Astronom yang menghitung bintik matahari mengumumkan 2008 sebagai “tahun paling sepi” dalam abad luar angkasa.
Terhitung sejak 27 September 2008, permukaan matahari terlihat kosong, tidak ada bintik yang terlihat selama 200 hari dalam tahun tersebut. Untuk menemukan tahun dimana lebih banyak matahari yang kosong, kita harus kembali ke 1954, 3 tahun sebelum diluncurkannya Sputnik (satelit pertama buatan manusia), di mana matahari terlihat kosong sebanyak 241 kali.
“Bintik matahari yang terhitung merupakan yang terendah selama 50 tahun terakhir ini,” kata fisikawan surya NASA Marshall Space Flight Center David Hathaway. “Kita sedang mengalami siklus solar minimum.”
Citra yang diambil oleh Solar and Heliospheric Observatory (SOHO)  pada 27 September 2008 memperlihatkan cakram matahari yang benar-benar bebas dari bintik matahari. Sebagai perbanding-an, dalam citra yang diambil oleh SOHO pada 27 September 2001 menunjukkan permukaan matahari ditaburi oleh bintik-bintik matahari kolosal dengan solar flare keluar di setiap celah-celahnya. Perbedaan ini merupakan siklus 11 tahunan. 2001 merupakan tahun solar maksimum ditandai dengan banyaknya bintik matahari, solar flares, dan badai geomaknetik.
Hathaway mengingatkan bahwa perkembangan baru ini bisa jadi lebih menarik daripada yang sekarang terlihat: “Meskipun tahun 2008 merupakan tahun paling tenang, namun hal itu masih belum apa-apa dibandingkan dengan tahun solar minimum terpanjang di akhir abad-19 dan awal abad-20.” Pada abad itu, terdapat 200 - 300 hari dimana tidak ada bintik matahari yang dilaporkan per tahun.
Beberapa fisikawan surya menjadi terlelap.
“Peristiwa ini memberikan kita kesempatan untuk mempelajari matahari tanpa harus terganggu oleh bintik matahari,” ujar Dean Pesnell dari Goddard Space Flight Center. “Saat ini kita memiliki peralatan terbaik dalam sejarah untuk meng-amati matahari. Terdapat banyak sekali armada tak berpenumpang yang khusus didesain untuk fisika surya — SOHO, Hinode, ACE, STEREO, dan beberapa lainnya. Kita menjadi terikat untuk mempelajari hal baru selama periode solar minimum yang panjang ini.”
Sebagai contoh, ia menjelaskan tentang helioseismologi: “Dengan memonitoring permukaan matahari yang bergetar, para ahli helioseismologi bisa menggali bagian interior matahari dengan cara yang sama ketika para geologis memakai gempa bumi sebagai media untuk mempelajari bagian interior Bumi. Dengan hilangnya bintik matahari, kami mendapatkan pandangan yang lebih baik mengenai angin dibawah permukaan matahari dan dinamo magnetik bagian dalam matahari.”
“Akan tetapi ada suatu hal yang terjadi mengenai radiasi matahari,” tambah Pesnell. “Para peneliti sekarang sedang melihat matahari sebagai matahari paling redup dalam catatan. Perubahan ini kecil, hanya sekian persen, namun signifikan. Pertanyaan tentang apa efek dari redupnya matahari jika berlangsung terus menerus terhadap iklim masih belum terjawab.”
Pesnell merupakan ilmwan proyek Solar Dynamics Observatory (SDO) milik NASA, sebuah pesawat nir-awak yang dilengkapi dengan instrumen untuk mempelajari radiasi dan gelombang helioseismik. Pembangunannya telah selesai dan telah melewati uji getaran pasca peluncuran serta uji thermal. “Kami sudah siap meluncur! Solar minimum merupakan saat yang paling tepat untuk berangkat.”
Secara kebetulan, satelit Ulysses menemukan bahwa permukaan matahari yang kosong ini juga menghasilkan tekanan angin terendah dalam catatan 50 tahun terakhir. Tekanan ini mulai menurun sejak setahun sebelum masuknya periode minimum, jadi masih belum diketahui secara pasti bagaimana kedua fenomena ini berkaitan. Hal ini merupakan suatu misteri lain yang harus diungkap oleh SDO dan misi-misi lainnya.
Siapa yang menduga bahwa matahari yang kosong justru membuatnya makin menarik?

2 komentar:

mumun mengatakan...

mantaaffffffff gan.....gue copas yee

yuni mengatakan...

siiipppp....baru tau nihh

Posting Komentar